Selasa, 26 April 2011

RESENSI NOVEL MERPATI BIRU


Mengangkat Realitas Kehidupan Sebagai Motivasi
Mengoreksi Diri
Judul buku        : Merpati Biru
Pengarang        : Achmad Munif
Penerbit            : Navila
Cetakan           : I, Mei 2000
Tebal Buku       : V + 284 Halaman

            Nama Achmad Munif mungkin sudah terdengar oleh sebagian masyarakat di dunia kesusastraan Indonesia. Secara Umum, gaya penulisan Achmad Munif bertipe mengangkat realita yang ada di sekelilingnya.
            Buku Novel Merpati Biru ini merupakan beberapa novel yang dilahirkan oleh Achmad Munif. Tema yang digunakan Achmad Munif dalam noel-novelnya berkisar mengenai masalah realitas kehidupan yang diangkat apa adanya, dibiarkan mengalir sendiri, dengan pernik kehidupan dan watak manusia yang melingkupinya, pertarungan antara baik-jahat, bermoral dan amoral, idealis dan pragmatis dianggap sebagai sebuah kenyataan.  
            Penulis ingin menyampaikan, bahwa baik – buruk bersifat relatif. Tidak selamanya yang buruk akan terus buruk, suatu saat,  dalam kondisi tertentu bisa menjadi baik, seperti tergambar dari tokoh Ben. Bahkan mungkin yang buruk akan berubah menjadi baik setelah menginsyafi keburukannya, seperti tergambar dalam tokoh Ken Ratri.
            Penulis juga memunculkan tokoh yang pura-pura baik, untuk menutupi kejahatan, seperti Fred dan Hanafi atau orang yang ingin menebus ke salahan namun
ternyata membuat kesalahan baru. Ada tipe manusia, yang karena status dan jabatan nya  dipandang orang baik,  panutan, dosen misalnya, tapi justru menyalah – gunakan kepercayaan dan anggapan masarakat larut dalam kejahatan.
            Tapi ada juga manusia yang mampu menjaga diri untuk senantiasa berbuat baik, ya walaupun terkadangkepleset berbuat salah. Ada pula manusia yang sadar diri, sadar latar belakang dirinya. Manusia seperti itu terkadang ingin mengubur masalalunya, dan mengangkat diri sebagai orang ‘ suci ’, hipokrit. Bisa juga masa lalu merupakan cermin untuk bersikap toleran, seperti Satrio.
            Manusia, memiliki potensi baik-buruk, benar-salah, lingkungan, pendidikan dan latar belakang kehidupannya, bisa menjadi air yang menghanyutkan, menuju aliran kebaikan atau kejahatan. Semua karakter manusia itu ditampilkan oleh Achmad Munif dalam novel ini.
            Sebagian besar tokoh kisah ini adalah mahasiswa. Status yang kerap dipandang dengan kekaguman, kebanggaan, dan rasa hormat. Oleh penulis, Status mahasiswa ditamnpilkan dengan segala problematikanya. Ada mahasiswa yang idealis, sok idealis, pragmatis, dan masa bodoh. Di sini penulis secara cerdas menerjemahkan idealisme. Bahwa idealisme bukanlah sikap yang selalu menggantung di awan, tanpa pernah mau memahami realitas yang ada di lingkungannya. Idealisme adalah sikap yang membumi, menyadari realitas yang ada dan berusaha memperbaiki, atau membuat semakin lebih baik.
            Alhasil, novel ini layak dibaca oleh siapapun.
Beberapa novel yang telah diciptakan Achmad Munif antara lain Merpati Biru , Perempuan yogja, Tikungan ( diterbitkan oleh navila ). Ia juga sering menils cerita bersambung, antara lain : Tembang-tembang ( femina ), Pasir pantai ( kedaulatan rakyat ), Birunya Langit yogja ( Anita ), Bayang-bayang Hitam, Ken Dedes, Padang Perburuan, (Yogja Pos ), Persaingan ( Matras), Bulan Terlalu Jauh, Tanaka San, Musim Petik Apel, Memburu Bayang-bayang ( Kartini) Tandak dan Pria Idaman Lain, Primadona (Surabaya Pos) Kembang kampus ( Jawa Pos) Tikungan, Angin Pantai Selatan, Jalan Kehidupan (Republika), Bibir Merah (Suara Pembaruan).



Sedang cerpennya antara lain, Pagelaran (FKY), Lukisan Matahari, Condromowo(Bernas), Mudik (Bentang Budaya), Kalau Kadir Batuk-batuk (Nova).Rangkaian Novel dan Cerpen yang pernah diterbitkan oleh media-media cetak tersebut menjadi jaminan eksistensi karya-karya Achmad Munif.





                                 Nama      : Dedi Zunaidy
                                                                  Kls          : XII-A2
                                                                              
   Tugas ke
Paraf Guru
Paraf orang tua






Tidak ada komentar:

Posting Komentar